1.
Pengertian Kecerdasan
Gardner
(2002) memaparkan pengertian kecerdasan mencakup
tiga faktor, yaitu:
1.
Kemampuan untuk menyelesaikan masalah
yang terjadi dalam kehidupan manusia.
2.
Kemampuan untuk menghasilkan
persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.
3.
kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang akan memunculkan penghargaan dalam budaya seorang individu.
2.
Multi Kecerdasan
Dulu
orang mengira bahwa kecerdasan seseorang itu bersifat tunggal, yakni dalam
satuan IQ (Intelegence Qoutient) seperti yang selama ini kita kenal. Dampak
negatif atas persepsi ini adalah siswa yang rendah kecerdasan “akademik
tradisionalnya”, yakni matematik dan verbal (kata-kata) seakan tidak dihargai
di sekolah dan masyarakat luas.
Kini
tradisi yang sudah berlangsung hampir seabad tersebut, telah dibongkar dan
terkuaklah bahwa ternyata kecerdasan manusia itu banyak rumpunnya. Kecerdasan
itu multidimensional, banyak cabangnya, jadi “TIDAK ADA SISWA YANG BODOH”,
setiap siswa punya rumpun kecerdasan!
Ada
8 rumpun “Multiple Intellegence”, yakni;
a.
Kecerdasan Linguistik
Yaitu
kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan (misalnya:
pendongeng, orator) maupun secara tertulis (misalnya: pengarang, editor,
wartawan).
Kecerdasan
ini mencakup kemampuan menggunakan kata, bahasa, bunyi, makna, dll.
b.
Kecerdasan Matematis-Logis
Yaitu
kemampuan menggunakan angka dengan baik (misalnya: ahli statistik, matematika,
akuntan) dan melakukan penalaran secara tepat (misalnya: ilmuwan, pemrograman
komputer, ahli logika).
Kecerdasan
ini meliputi kepekaan pada pola dan hubungan logis, hubungan sebab akibat,
proses kategorisasi, klasifikasi, generalisasi, penghitungan, pengujian,
hipotesis dan pengambilan kesimpulan.
c.
Kecerdasan Spasial
Yaitu
kemampuan mempersepsi dimensi spasial-visual (keruangan) secara akurat
(misalnya : pilot, pengemudi, pemburu, pramuika) dan mentransformasikan (decorator,
interior-eksterior, arsistek, pelukis, penemu)..
Kompenen
intinya kepekaan pada warna, garis, ruang dan hubungan antar unsur tersebut.
d.
Kecerdasan Kinestetik-Jasmaniah.
Yaitu
keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan
(misalnya: aktor, pemain pantonim-operet, penari, atlet) dan keterampilan
menggunakan tangan untuk mencipta atau mengubah (misalnya: pengrajin, teknisi
mesin, mekanik, dokter bedah, pengukir).
Kecerdasan
ini mencakup kemampuan fisik yang spesifik antara lain; koordinasi,
keseimbangan, keterampilan, kekuatan, ketepatan, kelenturan, dll.
e.
Kecerdasan Musikal
Yaitui
kemampuan mengerjakan bentuk-bentuk musikal dengan cara mempersepsi (pengguna
musik), membedakan (kritikus musik), mengubah (komposer) dan mengekspresikan
(penyanyi).
Komponen
dasar kecerdasan ini adalah kepekaan pada irama, pola titi nada/melodi dan
warna suara suatu lagu.
f.
Kecerdasan Interpersonal
Yaitu
kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, keinginan motivasi dan
perasaan orang lain.
Komponen
utamanya adalah kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak, isyarat, merespon
dan persuasi (mempengaruhi)
g.
Kecerdasan Intrapersonal
Yaitu
kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak atas pemahaman diri tersebut,
termasuk juga memahami secara tepat kekuatan dan keterbatasannya, menyadari
suasana hati, keinginan, motivasi, temperamen/watak, disiplin diri dan harga diri.
h.
Kecerdasan Naturalis
Yaitu
keahlian mengenal dan mengategorikan spesies flora dan fauna serta alam
sekitar.
Kemampuan
dasarnya adalah kepekaan terhadap fenomena (gejala) alam dan menyikapi makhluk
hidup.
Sistem
pendidikan dan belajar mengajar yang terbuka menciptakan banyak alternatif bagi
pikiran agar lebih efektif. Karena potensi kreativitas dapat muncul dan
disalurkan dalam semua rumpun kecerdasan, maka setiap kehidupan manusia akan
diperkaya melalui perkembangan multi kecerdasan ini.
Para
siswa harus terdorong dan berpeluang melakukan eksplorasi kreatif dengan banyak
cara yang cocok dengan karakteristik individu masing-masing. Frustasi dan
kegagalan dalam belajar (akademik) dapat berkurang jika para guru menyajikan
informasi dengan berbagai cara/strategi pembelajaran dengan menawarkan banyak
alternatif, banyak pikiran untuk keberhasilan siswa (Linda Campbell, dkk:
2002).
Situasi
yang kondusif untuk belajar bisa dicita/didesain melalui pemberian motivasi atau menumbuhkan
motivasi diri sendiri dengan konsep belajar yang berfokus pada
kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh setiap siswa.
0 komentar:
Posting Komentar