lagu

Laman

Selasa, 29 Januari 2013

Multiple Intellegence



1.    Pengertian Kecerdasan
Gardner (2002) memaparkan pengertian kecerdasan mencakup tiga faktor, yaitu:
1.     Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia.
2.    Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.
3.    kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang akan memunculkan penghargaan dalam budaya seorang individu.


2.   Multi Kecerdasan
Dulu orang mengira bahwa kecerdasan seseorang itu bersifat tunggal, yakni dalam satuan IQ (Intelegence Qoutient) seperti yang selama ini kita kenal. Dampak negatif atas persepsi ini adalah siswa yang rendah kecerdasan “akademik tradisionalnya”, yakni matematik dan verbal (kata-kata) seakan tidak dihargai di sekolah dan masyarakat luas.
Kini tradisi yang sudah berlangsung hampir seabad tersebut, telah dibongkar dan terkuaklah bahwa ternyata kecerdasan manusia itu banyak rumpunnya. Kecerdasan itu multidimensional, banyak cabangnya, jadi “TIDAK ADA SISWA YANG BODOH”, setiap siswa punya rumpun kecerdasan!
Ada 8 rumpun “Multiple Intellegence”, yakni;
a.    Kecerdasan Linguistik
Yaitu kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan (misalnya: pendongeng, orator) maupun secara tertulis (misalnya: pengarang, editor, wartawan).
Kecerdasan ini mencakup kemampuan menggunakan kata, bahasa, bunyi, makna, dll.
b.    Kecerdasan Matematis-Logis
Yaitu kemampuan menggunakan angka dengan baik (misalnya: ahli statistik, matematika, akuntan) dan melakukan penalaran secara tepat (misalnya: ilmuwan, pemrograman komputer, ahli logika).
Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada pola dan hubungan logis, hubungan sebab akibat, proses kategorisasi, klasifikasi, generalisasi, penghitungan, pengujian, hipotesis dan pengambilan kesimpulan.
c.     Kecerdasan Spasial
Yaitu kemampuan mempersepsi dimensi spasial-visual (keruangan) secara akurat (misalnya : pilot, pengemudi, pemburu, pramuika)  dan mentransformasikan (decorator, interior-eksterior, arsistek, pelukis, penemu)..
Kompenen intinya kepekaan pada warna, garis, ruang dan hubungan  antar unsur tersebut.
d.    Kecerdasan Kinestetik-Jasmaniah.
Yaitu keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan (misalnya: aktor, pemain pantonim-operet, penari, atlet) dan keterampilan menggunakan tangan untuk mencipta atau mengubah (misalnya: pengrajin, teknisi mesin, mekanik, dokter bedah, pengukir).
Kecerdasan ini mencakup kemampuan fisik yang spesifik antara lain; koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, ketepatan, kelenturan, dll.
e.    Kecerdasan Musikal
Yaitui kemampuan mengerjakan bentuk-bentuk musikal dengan cara mempersepsi (pengguna musik), membedakan (kritikus musik), mengubah (komposer) dan mengekspresikan (penyanyi).
Komponen dasar kecerdasan ini adalah kepekaan pada irama, pola titi nada/melodi dan warna suara suatu lagu.
f.     Kecerdasan Interpersonal
Yaitu kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, keinginan motivasi dan perasaan orang lain.
Komponen utamanya adalah kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak, isyarat, merespon dan persuasi (mempengaruhi)
g.    Kecerdasan Intrapersonal
Yaitu kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak atas pemahaman diri tersebut, termasuk juga memahami secara tepat kekuatan dan keterbatasannya, menyadari suasana hati, keinginan, motivasi, temperamen/watak, disiplin diri dan  harga diri.
h.    Kecerdasan Naturalis
Yaitu keahlian mengenal dan mengategorikan spesies flora dan fauna serta alam sekitar.
Kemampuan dasarnya adalah kepekaan terhadap fenomena (gejala) alam dan menyikapi makhluk hidup.
Sistem pendidikan dan belajar mengajar yang terbuka menciptakan banyak alternatif bagi pikiran agar lebih efektif. Karena potensi kreativitas dapat muncul dan disalurkan dalam semua rumpun kecerdasan, maka setiap kehidupan manusia akan diperkaya melalui perkembangan multi kecerdasan ini.
Para siswa harus terdorong dan berpeluang melakukan eksplorasi kreatif dengan banyak cara yang cocok dengan karakteristik individu masing-masing. Frustasi dan kegagalan dalam belajar (akademik) dapat berkurang jika para guru menyajikan informasi dengan berbagai cara/strategi pembelajaran dengan menawarkan banyak alternatif, banyak pikiran untuk keberhasilan siswa (Linda Campbell, dkk: 2002).
Situasi yang kondusif untuk belajar bisa dicita/didesain  melalui pemberian motivasi atau menumbuhkan motivasi diri sendiri dengan konsep belajar yang berfokus pada kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh setiap siswa.

0 komentar:

Posting Komentar